Kamis, 03 November 2016

riview jurnal autekologi

AUTEKOLOGI PURNAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn. (FABACEAE) DI SEBAGIAN KAWASAN HUTAN BUKIT TAPAK CAGAR ALAM BATUKAHU BALI


1.      Latar Belakang
Purnajiwa adalah salah satu tumbuhan obat yang hidup di hutan dataran tinggi Bali. Tumbuhan ini dipercaya oleh masyarakat Bali memiliki khasiat sebagai aprodisiak. Kini keberadaannya di alam semakin terancam karena over-eksploitasi dan kerusakan habitatnya di alam. Cagar Alam Batukahu adalah salah satu habitat Purnajiwa yang masih tersisa.
Umumnya purnajiwa tumbuh mengelompok di hutan sekunder dan lereng gunung dengan ketinggian antara 1.000-2.000 m dpl. Purnajiwa dapat pula dijumpai di kawasan lainnya di Asia, seperti di India, Filipina, dan di Indonesia tersebar di Sumatera, Jawa dan Bali (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003).
Pengambilan jenis ini di alam yang berlebihan tanpa diimbangi upaya konservasi dan budidaya yang memadai mulai mengancam keberadaan populasinya di alam. Melestarikan suatu jenis tumbuhan yang terancam punah adalah salah satu tujuan dari konservasi. Untuk melindungi spesies yang rentan terhadap kepunahan, diperlukan pemahaman mengenai aspek ekologis spesies tersebut. Akan tetapi informasi mengenai ekologi untuk spesies yang terancam punah masih sangat sedikit (Hobbs dan Atkins, 1990; Lesica, 1992; Zobel, 1992). Upaya konservasi tumbuhan seharusnya dimulai dengan penelitian lapangan mengenai autekologi jenis tersebut sebelum beranjak pada kegiatan budidaya.

2.      Masalah
Setiap spesies memiliki apa yg disebut ‘ecologic individuality’ atau kebutuhan relung hidup yang spesifik, dapat diduga bahwa tiap detil perubahan dalam komposisi spesies atau vegetasi dari suatu tempat ke tempat lainnya kemungkinan menunjukkan adanya beberapa perbedaan faktor-faktor lingkungan. Dengan demikian autekologi dengan analisis kuantitatif dapat mengungkap adanya hubungan atau korelasi antara faktor lingkungan dengan komposisi vegatasi dan keberadaan suatu spesies tertentu di suatu habitat (Daubenmire, 1968; Loewen et al., 2001).



3.      Metodologi
a.      Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada Bulan November 2006 di awal musim penghujan di kawasan Hutan Bukit Tapak, Cagar Alam Batukahu tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Cagar alam ini terbagi menjadi tiga kawasan hutan yaitu : Batukahu I (Bukit Tapak), Batukahu II (Bukit Pohen) dan Batukahu III (Bukit Lesong). Topografinya berbukit dengan ketinggian antara 1.860-2.089 m dpl. Area ini termasuk dalam kategori iklim A berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson dengan rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 11-24 ° C.
b.      Pengambilan sampel
Metode pengambilan data secara purposive sampling dengan menjelajahi kawasan untuk mencari populasi purnajiwa. Pengambilan sampel dilakukan dengan membuat plot ukuran 1 x 1 m. Data-data yang diambil berupa jumlah individu purnajiwa, jumlah yang sedang berbunga dan berbuah, kondisi vegetasi tumbuhan bawah berupa anakan pohon, perdu maupun herba serta diamati juga beberapa faktor lingkungan seperti pH tanah, ketinggian tempat, kemiringan lahan, ketebalan seresah dan intensitas penyinaran (Loewen et al., 2001).
4.      Hasil penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh 6 kelompok populasi purnajiwa dengan jumlah individu sebanyak 46.  (Tabel 1). Data kelompok sampel pengamatan purnajiwa
Populasi
Jumlah individu
Jumlah yang berbunga
Tinggi rata-rata (cm)
Lingkar batang (cm)
1
10
1
71
3
2
2
1
46
2,5
3
10
2
39,5
2,5
4
8
2
71
3
5
11
1
59,5
2,5
6
5
1
71,5
2,5

            Tabel 2. Kondisi fisik lingkungan di sekitar habitat purnajiwa di Bukit Tapak Cagar Alam Batukahu
No plot
Ketinggian tempat(mdpl)
pH tanah
Ketebalan seresah (cm)
Kemiringan lahan (%)
Intensitas cahaya(%)
1
1280
6,8
3
20
55
2
1300
6,7
8
30
35
3
1310
6,7
7
40
40
4
1295
6,7
7
45
50
5
1290
6,7
7
50
55
6
1290
6,7
3
55
65








Melestarikan organisme di habitat alaminya adalah best practice jika memungkinkan akan tetapi situasi terus berubah dengan semakin nyatanya perubahan iklim serta meningkatnya aktivitas manusia di kawasan hutan untuk mencari berbagai hasil hutan seperti untuk kayu bakar, humus, tumbuhan anggrek, paku dan juga termasuk purnajiwa untuk tujuan komersil sehingga mengancam keberadaan jenis ini di alam. Dalam kasus seperti ini, konservasi secara ex situ harus mulai diterapkan, sehingga jumlah maksimal variasi genetik pada jenis yang masih ada bisa diselamatkan dan memberikan kesempatan untuk bertahan hidup (Anonim, 1989).

5.      Kesimpulan
Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp. dengan intensitas penyinaran antara 55-65%. Tumbuh pada kemiringan tanah antara 20-55 % serta ketebalan seresah 3-7 cm dengan pH tanah berkisar antara 6,7-6,8. Sebanyak 16 jenis tumbuhan bawah hidup bersama purnajiwa diantaranya yang cukup dominan adalah Diplazium proliferum (INP = 54,6) dan Oplismenus compositus L. (INP = 40). Populasi purnajiwa di sebagian kawasan hutan Bukit Tapak secara umum masih cukup baik, namun intensitas masyarakat memasuki kawasan hutan ini harus menjadi perhatian apabila menghendaki kelestarian biodiversitas tumbuhan pegunungan, termasuk jenis purnajiwa ini. Kegiatan konservasi ex-situ disarankan menjadi salah satu alternatif solusi untuk menyelamatkan populasi purnajiwa.

6.      Komentar
Menurut saya setelah membaca dan review jurnal Autekologi Purnajiwa di sebagian kawasan hutan bukit tapak cagar alam Batukahu, dalam topic permasalahan yang di jadikan penelitian sangat bagus, karena sanagt jelas konsep ekologi dimana adanya hubungan interaksi organism dengan lingkungannya. Dalam jurnal ini dilakukan penelitian bagaimana interaksi organiswa Purnajiwa dengan lingkungan sekitar yaitu adanya pengaruh intensitas cahaya, kemiringan lahan, ketinggian tempat di atas permukaan laut dan bahkan pH tanah.
Namun, menurut saya jurnal ini kurang dalam penjelasan metodologi atau tahap-tahap dalam penelitiannya.


makalah organ reproduksi pria internal

MAKALAH
REPRODUKSI INTERNAL PADA PRIA
Diajukan untuk memenuhi tugas tersruktur
Mata Kuliah : Biologi Reproduksi
Dosen Pengampu : Dr. Dewi Cahyani M.Pd



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA2YF4RdV8LRT2NcJVJNWqSuKAE1f8Axwmhjr7OSpOhyphenhyphenJ_xfN6FW9XX1YvyaTPg1S2M1P3gV51vfZEFITCyPf_opcTyAPKllHNVqkmlW1cpAExkAiVB-Oea2WLEeLVfBJVqTa0iRW0Ob0/s200/csp_14263.jpg

Disusun oleh :
1.      Anis Latifah (1413162028)
2.      Maylinda Susanti (1413162031)
3.      Rizka Dianti (14131623107)
4.      Rizki Amaliyah (14131621019)
5.      Salimatussa’diyah (14131623109)
                                               

BIOLOGI A/ V
JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI
 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (F I T K)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( I A I N )
SYEKH NURJATI CIREBON
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Organ Reproduksi pada Pria terdiri dari dua bagian yaitu organ reproduksi bagian luar, dan organ reproduksi bagian dalam. Bagian luar terdiri dari Penis, Buah Zakar, dan Skrotum (Kantung Pelir). Sedangkan organ kelamin bagian dalam terdiri dari Testis, Tubullus Seminiferus, dan Saluran Reproduksi.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Makalah yang kami susun akan menjelaskan lebih dalam tentang organ internal (dalam) pada system reproduksi laki-laki.



B.      Rumusan Masalah
1.    Bagaimana organ internal system reproduksi pria?
2.    Bagaimana terjadinya spermatogenesis?
3.    Apa saja penyakit atau kelainan yang terdapat pada organ internal reproduksi pria?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk dapat mengetahui organ internal system reproduksi pria
2.      Untuk dapat mengetahui terjadinya spermatogenesis
3.      Untuk dapat mengetahui penyakit atau kelainan yang terdapat pada organ internal reproduksi pria.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Testis
Testis merupakan sepasang organ dengan bentuk bulat dan terdapat pada suatu kantong pelindung yang disebut skrotum, serta berfungsi untuk menghasilkan sperma serta berbagai hormon, seperti testosterone dan inhibin . Testes telah terbentuk selama janin berusia 7-9 bulan dalam kandungan (mengalami perubahan, mulai dari rongga perut bagian panggul turun hingga ke selangkang pada kemaluan), dan baru mencapai perkembangan maksimal pada usia antara 20-30 tahun, kemudian dengan bertambahnya usia akan menyusut kembali. Pada pria dewasa rata-rata ukuran testis berkisar antara 4 sampai 6 sentimeter panjangnya dengan berat 10 sampai 15 gram, (Sufyan, 2011 : 90).

 










Gambar 1. Bagian-bagian Testis

Testis terdiri dari saluran-saluran kecil dan memiliki daya tampung yang memungkinkan spermatogenesis berlangsung dengan cepat dan memudahkan penyimpanannya. Testes berjumlah sepasang yaitu sebelah kiri dan sebelah kanan, testis sebelah kiri biasanya agak lebih besar dan tergantung sedikit lebih rendah daripada testis sebelah kanan. Testis terdiri dari saluran-saluran kecil dan memiliki daya tampung yang memungkinkan spermatogenesis berlangsung dengan cepat dan memudahkan penyimpanannya. Testis dibungkus dengan rapat oleh kapsul jaringan ikat tebal, keputih-putihan, yang disebut dengan tunica albuginea. Sekat-sekat pada tunica albuginea membagi jaringan testis menjadi 200-300 lobulus testis. Setiap lobules mengandung beberapa tubulus seminiferus yang berkelok-kelok, (Sufyan, 2011 : 92).
Tubulus seminiferus merupakan tempat dimana sperma diproduksi atau yang disebut juga dengan spermatogenesis. Tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan epithelium benih yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Tubulus seminiferus juga diikat dengan sel berbentuk pyramid yang dikenal dengan nama sertoli. Sel sertoli berfungsi membantu dan melind ungi pematangan sperma, menyimpan hormone inhibin yang berfungsi untuk mengatur jumlah produksi sel sperma baru dalam tubuh, serta memproduksi protein yang berperan dalam pengangkutan hormone estrogen dan testoseron ke dalam cairan yang terdapat dalam tubulus seminiferus, (Sufyan, 2011 : 92-94)

 










Gambar 2. Tubulus Seminiferus

Selain sel sertoli, di dalam testis juga terdapat sel Leydig yang letaknya di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi untuk memproduksi hormone testosterone, mempersiapkan fruktosa yang akan dibutuhkan oleh spermatozoa sebagai sumber energi, serta berperan dalam tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Produksi hormone testosterone secara dramatic dapat meningkat selama masa pubertas dan peningkatan ini akan terus berlanjut dalam masa hidup sel-sel yang terdapat pada kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal dimana hal ini tidak berhubungan dengan system reproduksi, (Sufyan, 2011 : 92-94).

B.     Saluran Kelamin
1.      Epididimis
Epididimis adalah struktur di dalam skrotum yang melekat di bagian belakang testis dan memanjang sampai ke vas deferens.  Epididimis berfungsi untuk menahan testis di tempatnya dan menyimpan sperma selama proses pematangan. Struktur epididimis terdiri dari kaput (kepala), korpus (badan) dan kauda (ekor). Sperma yang diproduksi testis masuk ke kaput epididimis melalui korpus dan berhenti di kauda untuk disimpan.
Ketika sperma keluar dan berjalan ke kauda, mereka belum bisa berenang dan membuahi sel telur. Pada saat mencapai kauda, mereka telah dapat membuahi sel telur. Sperma akan ditransfer ke vesikula seminalis melalui vas deferens. Sperma belum bisa berenang sehingga membutuhkan kontraksi otot untuk mendorong mereka ke vesikula seminalis, di mana mereka mencapai kematangan penuh.





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-2X2UMGg-GSEJV5fCYz5w8QMYH0ybJozF68_K3s17E7-Viarz2smWBGuOc7vf0j8LY-sM97rAt66Yo7vcDwlinCpDNHGsN6UpReqUt6iY-ffGJ1ADpHyX-zL86Fh1F40aKVwnuCkomboH/s1600/images+(5).jpg








Gambar 3. Epididimis

Fungsi lain dari epididimis adalah sebagai alat pengangkutan, penyimpanan, dan pematangan sperma. Sebelum memasuki epididimis, sperma tidak mempunyai kemampuan dalam bergerak sebelum subuh, tetapi setelah epididimis menjalankan fungsinya, sperma sudah subuh dan dapat bergerak walaupun belum sempurna. Setelah epididimis sperma akan masuk ke vas (duktus) deferens, lalu disalurkan menuju ke vesikula seminalis, (Sufyan, 2011: 98).

2.      Saluran Ejakulasi
Ductus ejakulatorius dibentuk dari persatuan vas deferens dengan ductus seminalis. Ductus ejakulatorius panjangnya kira-kira 2,5 cm. Ductus ejakulatorius berjalan melewati prostat dan bertemu dengan urethra. Dengan demikian ductus ejakulatorius ini menghubungkan vas deferens dengan urethra. Selain itu juga Duktus ejakulatorius merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula) di bagian kedua ujung duktus deferen dan duktus dari vesika seminalis.
Duktus ejakulatoris terdiri atas sepasang dan merupakan bagian dari vas deferens yang berfungsi memancarkan semen ke uretra. Secara struktural, saluran ini amat pendek. Setelah melewati saluran ejakulasi, sperma keluar tubuh melalui uretra.

3.      Uretra
Uretra adalah saluran yang terdapat di dalam penis. Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi. Saluran ini mempunyai dua fungsi, yaitu :
a.       Sebagai alat pengeluaran, yaitu saluran untuk membuang urine keluar tubuh
b.      Sebagai saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani.

4.      Vas Deferen
Vas deferens (plural: vasa deferentia) atau dikenal juga dengan sebutan ductus deferens adalah sebuah tabung yang dimiliki oleh kebanyakan vertebrata jantan yang berfungsi menyalurkan sperma dari epididimis saat ejakulasi. Vas Deferens membentang dari epididimis ke uretra.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgufYZE-6erLX80wYJ6N_pTDU2FvucgsZgLNZAq7CFVUUHtPZn145Sx6iLTSGmDVg8RDg9UOq293dPzEgEiMMtg716_oBfP6tqX8OfjNFKTj3_uM4cScqLAIrv3M6fm_hYfJblkORNpsqcy/s1600/vas+deferens.jpg








Gambar 4. Vas Diferens

Vas deferens juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran Vas Deferens menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini berfungsi menampung sperma yang dihasilkan oleh testis, (Sufyan, 2011: 99).

C.    Kelenjar Kelamin
1.      Vesikula Seminalis
Vesika seminalis adalah kantung semen. Semen sendiri dalam kaitannya dengan sistem reproduksi didefinisikan sebagai cairan yang telah berisi spermatozoa dengan dilengkapi kondisi yang sesuai untuk kehidupan spermatozoa. Hal ini berarti cairan semen merupakan tempat yang mendukung kehidupan spermatozoa.Dua  vesikula seminalis berkontribusi menghasilkan sekitar 60% dari volume air mani. Cairan dari vesikula seminalis itu tebal, kekuningan, dan basa. Cairan ni berisi lendir,gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi sperma), enzim coagulating, asam askorbat, dan regulator lokal bernama prostaglandin.
Dalam perjalanannya, sperma diberi cairan (semen) yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kantung mani (vesika seminalis).  Selain sebagai penghantar sperma, cairan ini juga berfungsi mempertahankan kondisi asam basa agar sperma bisa melawan  keasaman vagina, serta sebagai sumber energi  bagi pergerakan dan kehidupan sperma. Kelenjar prostat mengeluarkan produk-produknya langsung ke uretra melalui beberapa saluran kecil . Cairan ini tipis dan seperti susu; mengandung enzim antikoagulan dan sitrat (gizi untuk sperma).
Vesikula seminalis merupakan kantong-kantong kecil yang berbentuk tidak teratur, panjangnya 5 cm dan terletak di antara dasar vesica urinaria dan rectum. Vesikula seminalis adalah dua buah kelenjar tubular yang terletak di kanan dan dikiri, belakang leher kandung kemih (vesika urinaria) yang berbentuk seperti pyramid. Masing-masing vesicula bermuara pada ductus seminalis yang bergabung dengan vas deferens pada sisi yang sesuai untuk membentuk ductus ejakulatorius. Selain itu,  vesikula seminalis menyekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen. Zat mukoid merupakan sumber energi spermatozoa.Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma, (Ramadhy, 2011: 89).


https://scontent-nrt1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t34.0-12/12181819_1055877484446943_1486964817_n.jpg?oh=9b4410344b516b5082c4f8e704c000d6&oe=562AD41E











     Gambar 5. Vesika Seminalis

Vesika seminalis mempunyai saluran yang dinamai dengan duktus vesikula seminalis. Duktus vesikula seminalis ini akan bergabung dengan duktus deferens.penggabungan dari kedua duktus ini membentuk duktus baru yang bernama duktus ejakulatoris yang bermuara pada 2 kelenjar tubule alveolar yang terletak dikanan dan kiri dibelakang leher kandung kemih.Vesikula seminalis atau kelenjar mani terletak pada permukaan posterior kandung kemih. Masing-masing cukup besar, kelenjar. Namun, karena vesikula seminalis yang bersaku, melingkar, dan melipat kembali pada dirinya sendiri, panjang uncoiled yang sebenarnya sekitar 15 cm.
Kapsul fibrosa yang membungkus lapisan tebal otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi ke kelenjar kosong. Disimpan di dalam sarang lebah mukosa tentang kriptus dan jalan buntu adalah cairan alkali kekuningan kental yang mengandung gula fruktosa, asam askorbat, enzim koagulasi (vesiculase), dan prostaglandin, serta zat-zat lain yang meningkatkan motilitas sperma atau kemampuan pemupukan. Sebagaimana dicatat, saluran masing-masing vesikula seminalis bergabung bahwa dari duktus deferens pada bentuk sisi yang sama dengan saluran ejakulasi. Sperma dan mani campuran cairan pada saluran ejakulasi yang memasuki uretra prostat bersama selama ejakulasi. Seminal rekening sekresi kelenjar untuk sama 70% dari volume air mani.
Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvulsi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus ejakulator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang mengandung fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan menutrisi sperma, meningkatkan pH ejakulat dan mengandung prostaglandin yang menyababkan gerakan spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih cepat sampai ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi vesika seminalis adalah semen, (Fatihatunnisa, 2011).

2.      Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari dalam sistem reproduksi laki-laki, tepat di bawah kandung kemih. Kelenjar ini melingkupi sebagian dari uretra, saluran yang mengosongkan kandung kemih. Fungsi utama prostat adalah menyediakan cairan untuk sperma saat ejakulasi. PSA diproduksi oleh kelenjar prostat. Kelenjar prostat tersusun secara melingkar , kelenjar prostat terletak  pada bagian atas uretra dan dibagian bawah  kantung kemih yang merupakan pertemuan antara uretra dengan Vas Deferens. Kelenjar postat dibagi menjadi 3 stuktur yaitu mukosa, submukosa, dan kelenjar utama. Kelenjar utama menghasilkan sebagian besar volume sekresi postat. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar prostat mengandung kolesterol, fosfolipid, garam yang berlangsung untuk kelaangsungan hidup spermatozoa. Kelenjar postat berukuran lebih besar dibandingkan dua kelenjar lainnya. Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan keasaman residu urine diuretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara keuretra lewat beberapa saluran kecil menghasilkan cairan prostat yang dikeluarkan waktu ejakulasi. Proses sekresi prostat juga tergantung pada testosterone. (Irianto, 2014 : 15)

3.      Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper atau kelenjar bulbouretral (bahasa Latin: glandulæ bulbourethrales) ialah sepasang kelenjar kecil eksokrin yang terdapat pada sistem reproduksi pria. Kelenjar Cowper terletak di belakang samping (posterior-lateral) bagian uretra yang bermembran di dasar penis. Kelenjar ini homolog dengan kelenjar Bartholin pada wanita, (Wikipedia, 2013).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6ugNf1hCOAzAtAgBmVCi6DchEV1FPJb4CcrmHTNDPsn3PCyjn4xIJ3_o_0IflXLkSJ-h5HK_p5tKc3GoPbxqvZaNKHGvXoTXm8FhhfLtu1I3N5MoYeXyBQOW-4gL0DcO6Zy2p_xSSD78/s320/4.jpg
 









Gambar 6 . Kelenjar Cowper

Kelenjar cowper berbentuk seperti dua biji kacang polong pada dasar penis di bawah prostat yang berfungsi menghasilkan cairan berkadar basa berwarna bening menuju saluran kencing saat rangsangan seksual dan sebelum orgasme dan ejakulasi. Kelenjar ini memproduksi cairan serupa lendir, cairan awal ejakulasi dalam saluran sperma dan pelindung saluran kencing saat air mani keluar dari penis, (Sufyan, 2011: 101).
Kelenjar Cowper juga bertanggung jawab untuk produksi dan sekresi prostate-specific antigen (PSA), enzim yang liquifies air mani dan memungkinkan untuk berenang melalui uretra dan masuk ke host wanita lebih bebas. Kehadiran PSA meningkatkan kemungkinan pembuahan karena membantu melarutkan lendir serviks untuk memungkinkan sperma ke dalam rahim menuju sel telur, (Aqila, 2012).

D.    Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma yang terjadi di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia akan terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, dan sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma, (Anonim, 2015).
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B, kemudian setelah beberapa kali membelah sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiogenesis, (Anonim, 2015).
















 Gambar 7. Proses spermatogenesis

Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala, leher, tengah dan ekor, (Ramadhy. 2011 : 98)
a.       Kepala sperma
Kepala sperma memiliki panjang sekitar 3-4 mikrometer, tampak depan berbentuk oval, dan terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, serta pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang menyebabkan sperma mampu menembus zona pellucida pada ovum.

b.      Leher
Leher sperma merupakan bagian spermatozoa yang memberikan kemampuan mobilitas pada spermatozoa karena mengandung sentriol.



c.       Tengah
Bagian tengah spermatozoa memiliki panjang sekitar 6 mikrometer, dan pada bagian luarnya dikelilingi oleh externa fibril yang mencapai hingga permukaan ekor. fibril-fibril ini dikelilingi oleh ring yang merupakan kumpulan mitokondria yang padat.

d.      Ekor Sperma
Ekor sperma memiliki tebal kurang dari 1 mikrometer dengan panjang sekitar 6 mikrometer.

 












Gambar 8 . Spermiogenesis

Produksi sperma dimulai sekitar masa pubertas dan berlanjut hingga masa hidup seseorang tersebut berakhir. Tingkat produksi sperma biasanya menurun seiring dengan berjalannya usia. Seorang pria dewasa yang sehat rata-rata mampumemproduksi beberapa ribu sel sperma setiap detiknya. Volume normalair mani (semen) yang dikeluarkan padasaat ejakulasi berlangsung adalah 3 milimeter sampai  5 milimeter, setiap 1 mililiter semen biasanya mengandung 50-100 juta sperma. Meskipun sepertinya jumlah di atas merupakan angka yang besar, tetapi sel sperma memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga jumlah tersebut hanyalah berkisar 5%-10% dari keseluruhan volume semen yang dikeluarkan pada saat ejakulasi, (Ramadhy, 2011 : 99).
Proses spermatogenesis merupakan suatu proses yang sensitive terhadap pengaruh suhu. Agar testis dapat memproduksi sperma sebagaimana mestinya, maka suhu yang dibutuhkan haruslah beberapa derajat di bawah suhu inti tubuh. Proses spermatogenesis juga dipengaruhi oleh sel-sel sertoli dan distimulasi oleh sejumlah hormone. Sel  sertoli memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan serta mengatur proses spermatogenesis. Adapun hormone-hormone yang terdapat pada pria dan dapat mempengaruhi proses seprmatogenesis adalah sebagai berikut (Riani, 2013).
a.       Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulusseminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

b.      LH (LuteinizingHormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresitestoteron

c.       FSH (FollicleStimulatingHormone)
FSH juga disekresi  oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

d.      Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulusseminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

e.       Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

E.     Penyakit pada Sistem Reproduksi Internal Pria
1.      Epididimitis
            Epididimitis adalah peradangan epididimis, epididimis biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan kelamin, biasanya Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Penyakit ini biasanya terjadi dari infeksi uretra asendens. Pada epididimitis, peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri menyebabkan pembengkakkan dan nyeri pada skrotum (sepasang struktur seperti kantung luar yang berisi testis dan epididimis). Gejala yang timbul adalah demam, nyeri saat berkemih dan sekret abnormal dari penis. Kondisi ini dapat terjadi pada pria dengan berbagai usia, namun usia muda lebih rentan karena aktivitas seksual yang berhubungan dengan penyakit menular seksual seperi klamidia dan gonore.
 












                                                Gambar 9 epididimis

Cara mengobati kondisi ini, antibiotik biasanya digunakan untuk terapi. Resiko terjangkit epididimitis dapat meningkat jika memiliki pasangan seks lebih dari satu, sedang menderita infeksi saluran kemih, penyakit menular seksual, tuberkulosis, sering menggunakan kateter urin, terlibat dalam seks yang tidak menggunakan alat pengaman, dan tidak disunat. Epididimitis ini dapat menimbulkan komplikasi seperti abses pada skrotum, kematian jaringan testis karena kurangnya aliran darah yang disebabkan oleh infarksi testis, infertilitas pada pria, serta penyusutan testis atau atrofi testis.

2.      Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penyakit yang menyerang pria dan ditandai dengan penurunan fungsi testis. Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang penyebabnya adalah gangguan interaksi hormone androgen dan testosterone. Hipogonadisme muncul jika didapatkan konsentrasi hormone testosteron yang rendah atau kerja hormon testosteron yang tidak adekuat. Hipogonadisme dapat muncul sejak masa pertumbuhan di dalam kandungan, masa kanak-kanak sebelum pubertas hingga dewasa. Itulah mengapa bisa menunjukkan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Jika memang terjadi pada masa perkembangan dalam janin, maka akan mengganggu perkembangan pemebntukkan organ seks (Anonim, 2014).
Gangguan sistem reproduksi secara umum terjadi akibat bakteri dan virus dan beberapa ada yang terjadi akibat faktor keturunan seperti hipogonadisme. Hipogonadisme adalah keadaan di mana badan tidak menghasilkan hormon seks testosteron yang mencukupi. Hipogonadisme ada dua macam diantaranya adalah hipogonadisme primer dan hipogonadisme sekunder. Dalam hal ini hipogonadisem primer terjadi akibat kelainan bawaan dimana laki-laki memiliki dua atau lebih kromosom X yang seharusnya hanya memilik satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Pada pria anda mewaspadai kemungkinan hipogonadisme pada anak laki-laki, karena gangguan penyakit ini berdampak serius pada kualitas hidup mereka kelak. Hipogonadisme dapat mengakibatkan perubahan mental dan psikis anak yang disebabkan kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, hot flashes (rasa panas di wajah), hingga penurunan gairah seks. Pada usia yang lebih dewasa, penderita juga akan mengalami disfungsi ereksi, infertilitas, dan bahkan osteoporosis. (Anonim, 2014)
 











                            Gambar 10 Hipogonadisme
Penyebab penyakit Hipogonadisme dibagi dalam dua kategori, primer dan sekunder. Pada hipogonadisme primer, kelainan terletak pada testis, sehingga akan dijumpai kadar testosteron yang rendah disertai hormon gonadotropik yang meningkat. Kondisi ini dikenal dengan sebutan hipergonadotropik-hipogonadisme. Hormon gonadotropik sendiri merupakan hormon stimulan yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis di otak dan akan merangsang testis untuk menghasilkan hormon testosteron. Beberapa penyakit yang menyebabkan hipogonadisme primer antara lain testis yang tidak turun, infeksi pada testis atau trauma pada testis karena kecelakaan, dikebiri, serta komplikasi penyakit gondongan.
Sedangkan pada hipogonadisme sekunder, kelainan terletak pada kelenjar hipofisis di otak. Alhasil, akan dijumpai kadar hormon testosteron yang rendah dengan hormon gonadotropik yang rendah pula. Keadaan ini dikenal sebagai hipogonadisme-hipogonadotropik dan menyebabkan beberapa penyakit kronis. Contohnya, tumor hipofisis, HIV, penyakit-penyakit kritis, serta kondisi pascaradiasi.
3.      Gonore
Penyakit gonore atau yang biasa disebut kencing nanah disebabkan oleh bakteri. Gejala penyakit ini adalah keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin, muncul rasa panas, dan sering buang air kecil. Bakteri yang menyebabkan gonore dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan. Gonore dapat disembuhkan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
 











                                    Gambar 11 Gonore
Penyakit gonore merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan infeksi oleh bakteri. Bakteri penyebab penyakit gonore dapat tumbuh berkembang dalam suhu yang lembab dan hangat seperti pada alat dan saluran reproduksi, termasuk leher rahim, rahim, saluran telur pada wanita, serta dalam saluran kencing yang terdapat pada pria dan wanita. Bakteri penyebab penyakit gonore ini juga bisa tumbuh di mulut, mata, tenggorokan, serta anus. Seseorang bisa tertular penyakit gonore karena melakukan hubungan seks atau hubungan badan dengan seseorang yang telah mengidap penyakit ini. Melakukan hubungan seks atau hubungan badan  artinya termasuk seks anal (melalui anus – biasa dilakukan oleh pria homoseks), oral (melalui mulut), dan vagina. Penyakit gonore juga dapat menular melalui cairan alat kelamin, meski saat melakukan hubungan badan tidak mengalami ejakulasi. Selain itu, gonore juga dapat ditularkan oleh ibu yang mengidap penyakit ini  kepada bayi yang ada dalam kandungannya, saat si ibu melahirkan. Orang-orang yang sudah pernah terkena penyakit gonore sudah sembuh, dapat terinfeksi kembali jika mereka melakukan lagi kontak seksual dengan orang yang mengidap penyakit gonore. Oleh karena itu, cara mengobati penyakit kencing nanah pada pria sebaiknya dilakukan tidak hanya berdasarkan gejala yang timbul, tapi didasarkan pada hasil pemeriksaan yang benar. (Anonim, 2014)
Cara mengobati penyakit kencing nanah pada pria bisa dilakukan dengan cara pengobatan tradisional yakni dengan memanfaatkan khasiat yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing. Tanaman kumis kucing memiliki nama demikian karena rambut yang menjulur keluar dari bunga, yang bentuknya terlihat seperti kumis kucing. Sebagian kalangan mengatakan bahwa tanaman kumis kucing adalah tanaman asli Asia Tenggara. Tanaman ini merupakan anggota keluarga tanaman mint, dan sudah cukup lama dimanfaatkan sebagai tanaman untuk mengobati beragam penyakit oleh masyarakat di negara-negara kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia.  Tanaman kumis kucing memiliki sifat anti jamur, antimikroba, dan anti inflamasi. Selain dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit gonore, tanaman ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit batu ginjal, dan hal tersebut telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh para ahli tanaman obat-obatan. (Anonim,2014)
Cara mengobati penyakit kencing nanah pada pria menggunakan daun alang-alang, terutama bagian akarnya. Akar alang-alang dipercaya dapat mematikan kuman atau bakteri penyebab penyakit gonore. Tanaman alang-alang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis rumput air yang tinggi dan cukup besar, terutama empat spesies yang merupakan bagian dari genus phragmites dari keluarga rumput. Tanaman ini umumnya tumbuh di sepanjang tepi rawa, danau, dan sungai dan dapat tumbuh pada wilayah yang memiliki iklim berbeda. Alang-alang adalah salah satu jenis tanaman rumput yang memiliki daun cukup lebar, dan meski tergolong keluarga rumpu-rumputan, tinggi  tanaman ini bisa mencapai 5 m, selain itu juga memiliki batang yang halus,  agak kaku, dan berbulu. (Anonim, 2014)

4.      Hernia Inguinal
Contoh gambar penyakit hernia inguinalHernia Inguinal adalah gangguan atau kelainan yang ditandai dengan sebagian usus terdorong menembus dinding abdominal dan masuk ke selangkangan atau skrotum. Kelainan ini terlihat sebagai suatu pembengkakan di daerah selangkangan. Kelainan ini dapat ditangani dengan cara pembedahan.









                                                Gambar 12 Hernia Inguinal

5.      Kanker Prostat
Kanker prostat adalah kanker yang berkembang di bagian kelenjar prostat pada pria. Sel kanker prostat dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya terutama pada tulang dan lymph node. Di antara faktor-faktor risiko dapat diidentifikasi:
a.       Usia - lebih umum pada pria di atas 65 tahun
b.      Faktor genetik - sekitar 9% dari kasus kanker prostat memiliki dasar genetic
c.       Ras - laki-laki hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit
d.      Diet - makan sejumlah besar daging merah, lemak hewan dan produk susu meningkatkan kemungkinan penyakit.Buah-buahan dan sayuran segar mencegah kanker.
e.       Faktor lingkungan - orang terkena beberapa jenis bahan kimia industri, dan pekerja industri nuklir akan meningkatkan risiko.Pria dengan disfungsi testis atau setelah penghapusan mereka sebelum pubertas kurang rentan terhadap penyakit lainnya.



Gambar 13 Kanker Prostat





Gambar 13 Kanker prostat

6.      Ejakulasi Dini

Ejakulasi dini adalah gangguan dimana pria tidak dapat mengendalikan proses ejakulasi.

7.       Impotensi

Impotensi adalah gangguan pada laki-laki yang membuat penis tidak dapat melakukan ereksi. Impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, faktor psikologis, atau emosional seseorang.

8.       Condyloma

Condyloma adalah gangguan yang ditandai dengan benjolan seperti bunga kol atau jengger ayam. Penyakit ini dikenal sebagai kutil kelamin. Condyloma merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan obat oles, obat suntik, atau operasi.
 











                          Gambar  13 Condyloma

9.      Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.

Gambar  17 Uretritis
10.  Kemandulan Pria
Kemandulan Pria, adanya gangguan hormon yang berhubungan dengan fungsi reproduksi. Hormon kelamin tidak boleh kelebihan atau kurang. Jika kromosom seksnya berlebihan ( XXY ) dan normalnya ( XY ), maka tidak sempurna memproduksi sperma. Begitu pula jika buah zakar sejak bayi belum turun dan tertahan di rongga perut. Buah zakar yang tidak turun, tidak bisa untuk memproduksi sperma, sebab suhu di perut lebih panas dibanding di kantung zakar.

11.  Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.

Pin Cryptorchidism Undescended Testes In Dogs Will The Hidden Testicle ...
 












                                   Gambar 14 Kriporkidisme





12.  Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.

 











Gambar .15  Protatitis

Penyakit Prostatitis ini mempunyai 2 tipe yaitu :
a.       Akut → Biasanya merupakan hasil dari infeksi bakteri;agen mungkin, misalnya, E. coli atau Chlamydia.
b.      Prostatitis Kronis → Penyebab penyakit radang prostat vesikula seminalis kadang-kadang bakteri, tetapi lebih sering masih belum jelas.Penting adalah koleksi sejarah medis. Pada pemeriksaan biasanya dilakukan pemeriksaan dubur, di mana dokter memasukkan jari bersarung melalui anus dan terasa prostat melalui dinding rektum. Kehadiran pembesaran prostat konsistensi halus memungkinkan diduga BPH. Padat, knot tidak teratur menunjukkan kanker prostat. Kelembutan adalah tanda prostatitis.
Metode Kemungkinan mencakup Survey: tes darah
1.      untuk prostate specific antigen (PSA), dan fungsi ginjal
2.      menabur dan mikroskop urin
3.      urografi intravena - pemeriksaan X-ray dari saluran kemih dengan kontras
4.      studi urodinamik untuk mengevaluasi kinerja buang air kecil
5.      pemeriksaan kandung kemih
6.      transrectal ultrasound - menggunakan probe kecil yang dimasukkan ke dalam rektum, gambar ditransfer ke layar, memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi ukuran prostat.Pada saat yang sama, Anda dapat mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis (biopsi) - dalam kasus BPH, teknik ini tidak dapat mengidentifikasi dugaan kanker prostat sebelumnya;Studi radioisotop
7.      tulang - dapat mendeteksi fokus sekunder sel kanker di tulang sebelum mereka menjadi terlihat pada radiograf
8.      x-ray dada - untuk menghindari tumor sekunder di paru-paru;% Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan CT.
Dalam pengobatan prostatitis akut antibiotik sering efektif. Prostatitis kronis berkepanjangan dan kadang-kadang sulit untuk terapi. Pilihan pengobatan termasuk kecelakaan dengan menggunakan terapi obat , yaitu :
1.      Terapi obat untuk mengurangi ukuran prostat dalam beberapa kasus adalah sebuah alternatif untuk operasi;
2.      Reseksi transurethral dari prostat (TURP) - endoskopi dilakukan dalam arah ke atas dari uretra, dipotong jaringan prostat kelebihan, tetapi mungkin memiliki efek samping, dan beberapa tahun kemudian ada kebutuhan untuk operasi ulang. Radiofrequency ablation (RFA) disertai dengan kelenjar efek samping yang lebih sedikit dibandingkan TURP;
3.      Pengenalan stent kecil (tabung) untuk memastikan patensi dari uretra;
4.      Ablasi (eksisi) jaringan dengan cara microwave atau laser.
Pilihan Pengobatan untuk kanker prostat tergantung pada sejauh mana proses ganas. Metode Prostatektomi radikal yaitu sebagai berikut :
a)      Pengangkatan prostat, vesikula seminalis dan vas deferens
b)      Radioterapi - radiasi eksternal atau dengan pengenalan implan radioaktif (brachytherapy).
Jika kanker telah menyebar (metastasis) di luar prostat, penyakit sering dapat professirovanie lambat dengan memblokir stimulasi pertumbuhan, yang menceritakan sel kanker terhadap hormon laki-laki. (Anonim, 2015)

13.  Orkitis

Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.

 










                        Gambar. 16 Orkitis





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Organ kelamin pria bagian dalam terdiri dari Testis, saluran kelamin dan kelenjar kelamin.
2.      Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma yang terjadi di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3.      Testis merupakan sepasang organ dengan bentuk bulat dan terdapat pada suatu kantong pelindung yang disebut skrotum, serta berfungsi untuk menghasilkan sperma serta berbagai hormon, seperti testosterone dan inhibin .
4.      Tubulus seminiferus merupakan tempat dimana sperma diproduksi atau yang disebut juga dengan spermatogenesis. Tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan epithelium benih yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Tubulus seminiferus juga diikat dengan sel berbentuk pyramid yang dikenal dengan nama sertoli.
5.      Epididimis adalah struktur di dalam skrotum yang melekat di bagian belakang testis dan memanjang sampai ke vas deferens.  Epididimis berfungsi untuk menahan testis di tempatnya dan menyimpan sperma selama proses pematangan. Struktur epididimis terdiri dari kaput (kepala), korpus (badan) dan kauda (ekor). Sperma yang diproduksi testis masuk ke kaput epididimis melalui korpus dan berhenti di kauda untuk disimpan
6.      Vesika seminalis adalah kantung semen. Semen sendiri dalam kaitannya dengan sistem reproduksi didefinisikan sebagai cairan yang telah berisi spermatozoa dengan dilengkapi kondisi yang sesuai untuk kehidupan spermatozoa. Hal ini berarti cairan semen merupakan tempat yang mendukung kehidupan spermatozoa.
7.      Salah satu contoh penyakit pada organ internal reproduksi pria adalah Hipogonadisme, adalah penyakit yang menyerang pria dan ditandai dengan penurunan fungsi testis. Penyebab penyakit ini adalah adanya gangguan pada interaksi hormon yang menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan penyakit hipogonadisme adalah dengan terapi hormon.




DAFTAR PUSTAKA

Ramadhy, A R. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung: Refika Aditama.
Anonim. 2015. Spematogeneis Proses Pembentukan Sperma. www.ilmuternak.com/2015/04/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma. html. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015.
Anonim. 2015. Kelenjar Postat beserta Penyakit yang Menyerang Kelenjar Postathttp://medical-notes-help/2015/.com/id/pages/687615. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015
Anonim. 2014. Penyakit Hipogonadisme dan Penyabab Hipogonadisme. https://obattbparu.wordpress.com/2014/06/23/cara-mengobati-penyakit-hipogonadisme-pada-pria/. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015
Anonim. 2014. Penyakit Gonore dan Penyabab Gonore. http://obattsipilisampuh.blogspot.co.id/2014/02/cara-mengobati-kencing-nanah-pada-pria.html
Aqila. 2012. Fungsi Kelenjar Cowper. http://hikmat.web.id/biologi-klas-x/apa-fungsi-dari-kelenjar-cowper/. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015.
Musa. 2014. Penyakit Organ Dalam Reproduksi Pria. http://www.musa34.blogspot.com. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015.
Fatihatunnisa. 2012. Vesika Seminalis. http:// Nisa21.blogspot.com. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015.
Riani, Intan. 2013. Spermatogenesis Jantan. http://intanriani.wordpress.com/2013/spermatogenesis-jantan. Html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015
Wikipedia. 2013. Kelenjar Cowper. https://id.wikipedia.2013.org/wiki/Kelenjar_Cowper. Diakses Pada tanggal 20 Oktober 2015.